Cara Mendidik Anak: Sumpah Serapah Orang Tua Pondasi Masa Depan Anak
Sobat blogbacatulis, kali ini saya ingin membuatkan wacana artikel yang berkaitan dengan cara mendidik anak. Saya tidak bermaksud menggurui, tidak juga ingin sok tau, tapi saya hanya ingin membuatkan gosip bagaimana cara mendidik anak sebagai penambah pengetahuan bagi yang belum punya buah hati dan sebagai pengingat bagi teman yang sudah memilikinya.
Sebagai orang bau tanah kita wajib mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik yang dapat menghantarkan bawah umur kita menjadi pribadi yang baik dan bermasa depan yang baik pula.
Seperti yang teman baca pada judul artikel ini, sumpah serapah orang bau tanah pondasi masa depan anak. Hehm..apa maksudnya tuh? Apakah orang bau tanah harus memberi sumpah serapah supaya anak memiliki pondasi untuk masa depannya.
Menilik kepada perjalan pendidikan Thomas Alva Edison, seorang jenius penemu bola lampu, Thomas kecil dulunya hanya bersekolah selama 3 tahun, dan dikeluarkan dari sekolah alasannya ialah dianggap oleh gurunya dia ialah anak yang bodoh. Ibunya, Nancy Matthews Elliott, tidak terima mendapati surat yang diberikan oleh guru Thomas yang menyatakan Thomas ialah anak yang sangat kurang cerdik sementara ibu Thomas selama itu mendapati anaknya ialah anak yang selalu penasaran dengan hala apapun dan selalu ingin tahu.
Namun, ibu Thomas tidak putus asa dan bertekad untuk membesarkan anaknya dengan didikannya sendiri. Meskipun Nancy tidak memiliki pendidikan yang tinggi, dia selalu berusaha menawarkan tanggapan dari segala yang Thomas ingin ketahui dengan cara memberikannya banyak sekali macam buku, dan membawa Thomas kepada orang-orang hebat supaya Thomas bisa mencar ilmu secara langsung.
Dan satu hal yang selalu ibu Thomas ucapkan kepada Thomas, ucapan sakti yang menghantarkan Thomas Alva Edison menjadi seorang ilmuwan hebat yaitu "Kamu anak baik, nak. Kamu anak pintar, sayang. Kamu anak yang hebat. Kamu anak kebanggaan Mami."
Nancy tidak peduli penilaian dari guru-guru Thomas, dia hanya percaya atas kemampuan anaknya dan selalu memberi motivasi kepada anaknya. Dan bagaimana akhirnya, ucapan Nancy terwujud, Thomas akibatnya benar menjadi orang yang hebat.
Banyak dongeng dari orang sekitar saya, baik para orang bau tanah atau guru yang mengatakan berikanlah ucapan-ucapan yang baik terhadap anakmu, walaupun dikala kesal dan marah, alasannya ialah ucapanmu ialah doa untuk anakmu, kalau orang bau tanah sering mengucapkan kata-kata buruk misalnya saja, bodoh, tidak bisa diatur, atau bahkan yang lebih buruk dengan kata-kata binatang misalnya, kata-kata itu akan tertanam diotak anak dan lambat laun mensugesti perilaku anak.
Sobat blogbacatulis, kalau Thomas Alva Edison merupakan salah satu pola dongeng masa depan cemerlang berkat dari kekuatan ucapan ibunya yang baik. Adalagi dongeng yang mendapati masa depannya terpuruk akhir ucapan-ucapan buruk yang selalu dilontaran oleh orang tuanya.
Mengutip pada goresan pena Ibu Elly Risman, seorang psikolog keluarga, pada dinding group Fb ia memberikan gosip betapa peranan ucapan orang tua, baik itu ucapan baik atau ucapan buruk akan sangat mensugesti pada penrkembangan kepribadian anak dan proses pencapaian masa depannya nanti. Berikut kutipan dari goresan pena Ibu Elly Risman:
Sebagai orang bau tanah kita wajib mengetahui bagaimana cara mendidik anak yang baik yang dapat menghantarkan bawah umur kita menjadi pribadi yang baik dan bermasa depan yang baik pula.
Seperti yang teman baca pada judul artikel ini, sumpah serapah orang bau tanah pondasi masa depan anak. Hehm..apa maksudnya tuh? Apakah orang bau tanah harus memberi sumpah serapah supaya anak memiliki pondasi untuk masa depannya.
Namun, ibu Thomas tidak putus asa dan bertekad untuk membesarkan anaknya dengan didikannya sendiri. Meskipun Nancy tidak memiliki pendidikan yang tinggi, dia selalu berusaha menawarkan tanggapan dari segala yang Thomas ingin ketahui dengan cara memberikannya banyak sekali macam buku, dan membawa Thomas kepada orang-orang hebat supaya Thomas bisa mencar ilmu secara langsung.
Dan satu hal yang selalu ibu Thomas ucapkan kepada Thomas, ucapan sakti yang menghantarkan Thomas Alva Edison menjadi seorang ilmuwan hebat yaitu "Kamu anak baik, nak. Kamu anak pintar, sayang. Kamu anak yang hebat. Kamu anak kebanggaan Mami."
Nancy tidak peduli penilaian dari guru-guru Thomas, dia hanya percaya atas kemampuan anaknya dan selalu memberi motivasi kepada anaknya. Dan bagaimana akhirnya, ucapan Nancy terwujud, Thomas akibatnya benar menjadi orang yang hebat.
Banyak dongeng dari orang sekitar saya, baik para orang bau tanah atau guru yang mengatakan berikanlah ucapan-ucapan yang baik terhadap anakmu, walaupun dikala kesal dan marah, alasannya ialah ucapanmu ialah doa untuk anakmu, kalau orang bau tanah sering mengucapkan kata-kata buruk misalnya saja, bodoh, tidak bisa diatur, atau bahkan yang lebih buruk dengan kata-kata binatang misalnya, kata-kata itu akan tertanam diotak anak dan lambat laun mensugesti perilaku anak.
Sobat blogbacatulis, kalau Thomas Alva Edison merupakan salah satu pola dongeng masa depan cemerlang berkat dari kekuatan ucapan ibunya yang baik. Adalagi dongeng yang mendapati masa depannya terpuruk akhir ucapan-ucapan buruk yang selalu dilontaran oleh orang tuanya.
Mengutip pada goresan pena Ibu Elly Risman, seorang psikolog keluarga, pada dinding group Fb ia memberikan gosip betapa peranan ucapan orang tua, baik itu ucapan baik atau ucapan buruk akan sangat mensugesti pada penrkembangan kepribadian anak dan proses pencapaian masa depannya nanti. Berikut kutipan dari goresan pena Ibu Elly Risman:
Parenting is all about wiring, bagaimana ujung ujung sinaps kita terkoneksi oleh pengalaman pengalaman hidup kita, termasuk kata kata dan sikap serta perilaku yang kita terima. Tak ubah menyerupai lampu lampu yang banyak dalam sebuah ruangan. Dibelakang lampu lampu itu pasti banyak kabel kabel yang menghubungkan satu lampu dengan lampu lainnya. Ada warna biru, hijau, kuning, merah, putih dan dibalut selotip. Tekan satu tombol, semua lampu menyala.Tidak ada sekolah yang mengajarkan cara mendidik anak, namun kita harus banyak mencar ilmu dan mencari gosip pada orang lain, buku dan lain sebagainya yang dapat menawarkan kita pembelajaran wacana hal tersebut. Sebagai orang bau tanah kita wajib mengeluarkan kata-kata dengan bijak supaya apa yang kita ucapkan bukan menjadi pondasi yang slah terhadap masa depan bawah umur kita nantinya.
Begitulah, kebiasaan kebiasaan yang terbentuk sengaja atau tidak selama pengasuhan baik dari orang bau tanah dan orang sekitar, akan keluar otomatis ketika seseorang itu menjadi orang bau tanah pula nantinya, lepas dari tinggi rendahnya jenjang pendidikan dan kelas sosial.
Sebagai pola ialah pengalaman yang sama yang saya peroleh dalam ruang praktek saya.
Seorang gadis dewasa yang mengagumkan dan lembut kelihatan sangat bingung, nyaris depresi duduk mematung didepan saya. Dari pembicaraan yang panjang ternyata dia tidak sanggup menggapai target yang dibutuhkan ibunya yang baginya terlalu tinggi. Dia lelah melompat dan melompat meraihnya ternyata tak pernah sampai, sehingga jiwanya terengah engah. Harapan ibu itu disampaikan dalam kalimat yang bagus dan nada rendah, tapi menekan dan nyelekitnya bukan main.. Semua upaya anak ini tak pernah berharga. Bak kata orang : “When the best is not enough!” Padahal kedua orang tuanya pasca sarjana lulusan Negara adidaya. Bahkan ketika suatu dikala ibunya sangat kesal, ia sempat mengatakan pada anaknya :”Lihat tuh kamar anak gadis gak ada bedanya sama sangkar ba**!”
Entah bagaimalah dulu nenek anak ini mengasuh ibunya.
Tidakkah dalam keseharian kita, kita menemukan hal serupa terjadi disekeliling kita? Dan kini,anak itu menyerupai ibu diatas telah menjadi orang bau tanah atau pejabat publik,pimpinan dunia usaha atau lembaga. Tidakkah sesekali atau seringkali pengalaman lamanya otomatis muncrat dalam kesehariannya?. Kata kata garang bahkan keji dan sikap sikap yang kurang terpuji?.
Atau kita menemukan dan mengalami ada dilingkungan keluarga atau masyarakat seseorang yang sangat baik dan rendah hati, santun dan dermawan,atau bersikap terpuji kolam negarawan? . Paling tidak kita mengetahui bagaimana "wiring" mereka.
Kalau anda bawahan orang yang garang dan anda mau jadi mulia, maka maafkan sajalah. Yang sehat yang ngalah. Mau tak mau kita benarkan jualah pepatah lama: Buah Jatuh tak jauh dari pohonnya!"
Bagi kita yang penting ialah mewaspadai diri sendiri dalam berkata kata, alasannya ialah kita tentu tak mau menderita dihari tua, ketika menyaksikan anak kita suatu hari nanti memarahi anaknya, cucu kita!.
Makna kata kata bagi anak.
Bila kata kata yang keluar dari ayah ibu, kakek nenek, paman bibi, guru dan orang penting lain sekitar anak, penuh kasih dan sayang, penerimaan, penghargaan dan pujian, maka jiwa anak menjadi sangat padat, kokoh dan bahagia. Keadaan ini yang membuat mereka merasa berharga dan percaya diri. Tapi bila sebaliknya, konsep diri tidak terbentuk dengan baik, hampa dan berongga. Dari mana anak bisa merasa berharga hatta didepan orang tuanya sendiri? Apalagi PeDe!.
Anak anak menyerupai ini akan tumbuh jadi pribadi yang sulit diajak kerjasama, melawan dan menyimpan berjuta emosi negatif dari duka yang dalam , kecewa, bingung, takut, ingin menjauh dari orang tua, benci bahkan hingga dendam!
Bagaimanalah relasi anak dan orang bau tanah tersebut?. Jarak antara keduanya tak bisa dihitung dengan kilometer. Apa yang ditanam itulah yang dipetik dihari tua. Hanya anak dan orang bau tanah itu saja yang faham bagaimana bahwasanya makna dari relasi mereka.Karena umumnya hal ini susah diungkapkan dengan kata kata, hanya hati yang merasa.
Perbaiki kata dalam bicara dan lempar anakmu kemasa depan secara emosional…
Komentar
Posting Komentar